Aku dan Mimpi
Mimpi setiap anak pasti ingin meraih cita-cita setinggi-tingginya, begitupun denganku. Tak banyak pula siswa/i kelas 12 SMA sederajat yang ingin masuk atau berkuliah di perguruan tinggi negeri bergengsi sepeti UI, ITB, UGM, Unpad, STAN, STIS dll. Dan aku mempunyai keinginan untuk berkuliah di perguruan tinggi yang pada saat ini merupakan salah satu perguruan tinggi terbaik se-antero nusantara ini, ya kau pasti mudah menebaknya, tepat seperti yang tercantum di judul artikel ini, perguruan tinggi yang kumaksud yaitu UGM. Kau perlu tau bahwa UGM merupakan perguruan tinggi yang terletak di Kelurahan Bulaksumur, Kecamatan Depok Kabupaten Sleman tepat berbatasan dengan kota Yogyakarta, jadi kalo kalian sebut UGM itu di Yogyakarta, kau salah besar.
Segala perjuanganku untuk berkuliah berawal ketika aku dinyatakan lulus SMK, sekedar info aku ini lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dengan Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik di salah satu SMK negeri di kota Depok, Jawa Barat. Sekitar 1 bulan setelah pengumuman kelulusan, hatiku mulai bergejolak, aku harus memilih pilihan yang sangat berat yaitu berkuliah atau bekerja. Mungkin beberapa orang akan berasumsi bahwa aku lebih cocok bekerja atau seharusnya seperti itu, namun itu salah besar, aku merasa apa yang aku dapatkan di sekolah tidak begitu cukup untuk kubawa ke dunia pekerjaan, masih begitu banyak ilmu yang harus lebih aku cari, dalami dan pelajari. Dan pada saat itu, aku memilih untuk berkuliah.
Hal pertama yang harus ditentukan sebelum berkuliah yaitu
1. Pilihan jurusan/prodi, dan
2. Pilihan perguruan tinggi.
Karna pada dasarnya aku ini lulusan SMK. Aku berpikir untuk memilih jurusan yang relatif sama basic-nya seperti yang ku tekuni di sekolah menengah dahulu, yaitu Teknik Elektro, dan pada akhirnya aku tentukan itulah jurusanku nanti saat kuliah. Setelah jurusan sudah dipilih, aku mulai mencari-cari manakah perguruan tinggi yang tepat untukku, dan akhirnya aku menemukan beberapa pilihan dan salah satunya ialah kampus yang memiliki julukan "kampus kerakyatan"
1. Pilihan jurusan/prodi, dan
2. Pilihan perguruan tinggi.
Karna pada dasarnya aku ini lulusan SMK. Aku berpikir untuk memilih jurusan yang relatif sama basic-nya seperti yang ku tekuni di sekolah menengah dahulu, yaitu Teknik Elektro, dan pada akhirnya aku tentukan itulah jurusanku nanti saat kuliah. Setelah jurusan sudah dipilih, aku mulai mencari-cari manakah perguruan tinggi yang tepat untukku, dan akhirnya aku menemukan beberapa pilihan dan salah satunya ialah kampus yang memiliki julukan "kampus kerakyatan"
Dengan kemantapan jasmani dan rohani, aku meminta izin kepada kedua orang tuaku untuk melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi. Akan tetapi, diawal perjalanan sudah muncul sebuah permasalahan. Dengan segala rayuan, bujukan dan semangat untuk berkuliah, semua itu tak bisa menggoyahkan pendirian kedua orang tuaku, yaitu untuk tidak menguliahkanku pada tahun itu karena alasan "financial". Seketika saja semangatku perlahan memudar, perencanaan yang kubuat sebelumnya hancur berantakan, dan "stress" pun tak dapat kuhindari. Situasi saat itu benar-benar menjatuhkan mental dan semangat, akhirnya mengurung diri selama beberapa hari menjadi pilihan saat itu, tetapi tetep makan, minum, ibadah dan buang air kok hehe. NB: jangan ditiru ya hehe
Beberapa hari mengurung diri di kamar dan melalui masa-masa kritis pikiran serta perenungan atas semua yang telah terjadi. Aku memutuskan untuk berpikir lebih dewasa dari sebelumnya, bermimpi lebih tinggi dari sebelumnya dan mengikhlaskan bahwa aku belum bisa berkuliah pada tahun itu baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta, toh masih ada kesempatan lagi di tahun depan, ujarku pasrah. Dan lagi pula aku pun tak bisa memaksakan kehendakku sendiri, aku pun harus bisa memahami keadaan financial keluarga yang memang pada saat itu sedang merintis sebuah usaha rumahan.
Berselang beberapa hari kemudian, tibalah waktu dimana pengumuman SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan PMDK-PN (Penelusuran Minat dan Kemampuan - Politeknik Negeri) diumumkan. Dengan pengharapan untuk berkuliah pada tahun itu yang semakin menipis membuatku tak berharap lebih dengan seleksi ini. Dibalik aku yang merupakan murid biasa disekolah, dan berasal dari SMK, yang notabenenya materi yang dipelajari sangat jauh berbeda kualitasnya dengan SMA yang pada dasarnya berorientasi untuk berkuliah, tentu saja indikator penilaiannya pun akan berbeda pula. Dengan turunnya harapan saat itu, pada akhirnya aku pun tidak lolos di seleksi ini. Dalam hati, aku berkata "tidak ada salahnya mencoba dan berusaha, rezeki kan tak ada yang tau".
Walaupun saat itu tidak diberi izin untuk berkuliah, idealismeku belum luntur sepenuhnya karna aku percaya bahwa Tuhan akan membantu hambanya yang memiliki niat baik, terutama dalam menuntut ilmu. Dan pada saat itu aku juga mendaftarkan diri untuk mengikuti ujian SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Dengan hanya modal buku persiapan SBMPTN sebagai mediaku untuk belajar mandiri di rumah, akhirnya tibalah hari dimana calon intelektual muda berjuang dan bersaing secara sehat di ujian tulis SBMPTN bersama para pesaing dari berbagai daerah di Indonesia untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri impian.
Dengan persiapan belajar SBMPTN yang sangat minim dan masih malas-malasan, kegagalan pun pantas kudapati di seleksi ini. Semangat dan idealismeku se-akan-akan luntur secara perlahan. Perenungan demi perenungan pun telah kulalui. Dan aku menyadari dan mencoba menerima diri bahwa aku tidak bisa kuliah pada tahun itu. Akan tetapi rasa penasaranku muncul secara tiba-tiba dengan beraninya. Walaupun keadaan mengharuskan aku tak berkuliah tahun itu, tapi ego mengalahkan keadaan, aku tetap mencari cara lain agar lolos & masuk perguruan tinggi negeri.
Dengan memanfaatkan teknologi yang ada saat itu, google, akhirnya aku menemukan satu jalur masuk. Pada saat itu aku memutuskan ikut UMPN (Ujian Masuk Politeknik Negeri). Dengan segala semangat serta doa yang lagi lagi tidak dibarengi dengan usaha belajar, hasilnya gagal dan gagal lagi yang kutemui. Segala usaha untuk berkuliah di PTN tahun itu telah kulakukan, tapi hasilnya tetap sama, yaitu kegagalan. Dan pada saat itu aku membuka diri (bukan buka baju), hati dan pikiran, bahwa perjuanganku untuk menggapai mimpi bukan hanya ditahun itu saja. Masih banyak jalan, waktu serta kesempatan untuk mematangkan diri di ujian-ujian selanjutnya. Aku pikir begitu...
Dengan memanfaatkan teknologi yang ada saat itu, google, akhirnya aku menemukan satu jalur masuk. Pada saat itu aku memutuskan ikut UMPN (Ujian Masuk Politeknik Negeri). Dengan segala semangat serta doa yang lagi lagi tidak dibarengi dengan usaha belajar, hasilnya gagal dan gagal lagi yang kutemui. Segala usaha untuk berkuliah di PTN tahun itu telah kulakukan, tapi hasilnya tetap sama, yaitu kegagalan. Dan pada saat itu aku membuka diri (bukan buka baju), hati dan pikiran, bahwa perjuanganku untuk menggapai mimpi bukan hanya ditahun itu saja. Masih banyak jalan, waktu serta kesempatan untuk mematangkan diri di ujian-ujian selanjutnya. Aku pikir begitu...
Dengan beberapa kali gagal seleksi masuk kuliah, aku memutuskan untuk bekerja menjadi salesman di Mitra Erlangga Dental Lab, membantu usaha orang tuaku. Meskipun keputusan telah ku tetapkan untuk gapyear pada tahun itu, akan tetap dilema demi dilema terus mencoba mengganggu ego ini. Ego yang mana selalu terus-menerus mendorong diri ini untuk berkuliah pada tahun itu. Namun dilema itu tak bertahan lama dan sampai dimana aku mulai terbiasa dengan situasi seperti itu.
Menyongsong 2016 yang membahagiakan
Walaupun aku sadar bahwa kegagalanku itu berasal dari kurangnya persiapanku dalam menyongsong ujian tulis masuk perguruan tinggi, tapi aku baru sadar dan mulai gusar dengan persiapanku. Hingga akhirnya, baru mulai belajar 6 bulan sebelum SBMPTN berlangsung, yaitu sekitar bulan Januari 2016. Dengan modal hasil bekerja, aku membeli beberapa buku pendukung belajar SBMPTN dan Ujian Tulis. Aku juga masuk ke kumpulan grup belajar di media messenger seperti Whats*pp, BB*, serta L*NE, karna saat itu sedang booming sekali grup belajar online dan bahkan bukan hanya satu grup saja yang kumasuki tapi puluhan grup pun juga kusambangi. Dan tak lupa aku membeli voucher zenius.net (platform yang membantu sekali dalam proses gapyearku) dan buku pengantar belajar SBMPTN dari Wangsit Education.
Disamping persiapan untuk ujian tulis, aku pun mempersiapkan pilihan jurusan/prodi apa yang ingin kutekuni saat kuliah nanti. Melalui perjalanan batin dan proses mencari referensi lain di Mbah Google, akupun mengalami kesulitan dan dilema. Karena pada saat itu masih banyak sekali jurusan/prodi hitz yang menggoda, seperti Kedokteran, Manajemen, ataupun Teknik. Dan akhirnya aku memilih rumpun keteknikan dan mengerucutkan pilihan menjadi 3 jurusan/prodi saja, yaitu Teknik Elektro yang sejatinya sejalur sama bidangku saat di SMK, lalu Teknik Mesin yang masih berhubungan erat dengan kelistrikan tegangan tinggi (read: PLN, pembangkit listrik), lalu yang terakhir Teknik Sipil. Lalu diakhir pencarian, aku memasukan 1 prodi non favorit yaitu Teknik Fisika, yang saat itu menurutku sangat sesuai dengan minat dan bakatku, serta mempunyai peluang bekerja yang sangat luas.
Dengan persiapan dari segi teknis maupun non-teknis serta perenungan demi pertimbangan berasaskan idealisme pribadi. Aku pun memilih pilihan jurusan/prodi di SBMPTN 2016 yaitu:
1. Teknik Fisika UGM,
2. Teknik Fisika ITS, dan
3. Matematika UI.
Dengan tibanya hari ujian SBMPTN 2016, menandai bahwa awal perjuanganku untuk menggapai segala impian telah dimulai. Persiapan yang bangun selama 6 bulan terakhir membuatku jumawa diri dan over optimistic bisa lolos di seleksi ini karna berkaca dengan nilai tryoutku yang cukup memuaskan. Karna telalu percaya diri dan cenderung sombong, akhirnya aku dinyatakan gagal untuk kedua kalinya di seleksi ini, harapan tinggi yang kubangun sebelumnya lagi lagi tidak sejalan dengan hasil yang kudapatkan. Dan pada tahun itu bukan hanya seleksi SBMPTN yang aku ikuti, tapi aku mengikuti berbagai jenis seleksi masuk yaitu diantaranya UTUL (Ujian Tulis) gelombang I UGM (gagal), UMPN PNJ gelombang I (gagal).
1. Teknik Fisika UGM,
2. Teknik Fisika ITS, dan
3. Matematika UI.
Dengan tibanya hari ujian SBMPTN 2016, menandai bahwa awal perjuanganku untuk menggapai segala impian telah dimulai. Persiapan yang bangun selama 6 bulan terakhir membuatku jumawa diri dan over optimistic bisa lolos di seleksi ini karna berkaca dengan nilai tryoutku yang cukup memuaskan. Karna telalu percaya diri dan cenderung sombong, akhirnya aku dinyatakan gagal untuk kedua kalinya di seleksi ini, harapan tinggi yang kubangun sebelumnya lagi lagi tidak sejalan dengan hasil yang kudapatkan. Dan pada tahun itu bukan hanya seleksi SBMPTN yang aku ikuti, tapi aku mengikuti berbagai jenis seleksi masuk yaitu diantaranya UTUL (Ujian Tulis) gelombang I UGM (gagal), UMPN PNJ gelombang I (gagal).
The Real Fighting
Pada saat itu, semangatku belum sepenuhnya luntur, walaupun memang 3 seleksi yang kulalui tahun itu menemui hasil yang sama seperti tahun sebelumnya. Dan karna sisa tabungan masih cukup untuk dipergunakan untuk mendaftar ujian lainnya, maka aku memutuskan untuk mengikuti beberapa ujian tulis masuk perguruan tinggi negeri lainnya yaitu diantaranya SM-UNS Solo, UTUL gelombang II UGM Sleman, SPMB Untirta Banten, UMPN gelombang II PNJ Depok, SPMB Unsoed Purwokerto, UMPT serta Penmaba UNJ Jakarta. Mungkin kau bisa menghitung berapa biaya yang aku keluarkan demi memenuhi hasrat untuk mewujudkan impianku untuk lolos seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri.
Dan diantara ujian tulis diatas, UTUL gelombang II UGM-lah yang paling jauh tempat ujiannya serta paling mepet waktunya. Dan pada saat itu, the real fighting dimulai. Pada saat itu ujian tulis UTUL gelombang II UGM jatuh pada tanggal 16 Juli 2016 atau H-15 PPSMB Palapa 2016. Karna belum pernah sama sekali ke Yogyakarta apalagi kampus UGM, aku memutuskan pergi dengan cara yang menurutku praktis yaitu menggunakan jasa kereta api. Harga tiket kereta dari Stasiun Pasar Senen menuju Stasiun Lempuyangan saat itu yaitu sebesar Rp. 300.000,-. Memang mahal kalo dipikir-pikir tetapi logis karena aku beli tiket H-1 perjalanan atau tepatnya 14 Juli 2016 hehe.
Sebelum esoknya aku berangkat ke Yogyakarta, malamnya aku prepare terlebih dahulu dan meminta restu dari kedua orang tuaku. Setelah itu aku setting alarm jam 04.00 WIB agar esok hari tidak bangun kesiangan, lalu aku pun tidur. Meskipun alarm telah kusetting. Kesiangan tetap tak bisa kuhindari, baru bisa benar-benar bangun jam 05.00 WIB, sungguh-sungguh sangat kesiangan karna keretaku berangkat jam 08.10 WIB dari Stasiun Pasar Senen. Dengan segala persiapan yang kulakukan dengan kecepatan setara kecepatan teman menikung doi dari pelukan :(, akhirnya aku berangkat dari rumah pukul 05.30 di antar oleh ayahku hingga Stasiun Depok Baru.
Sesampainya di Stasiun Depok Baru pada pukul 05.45 WIB, aku langsung bergegas membeli tiket KRL menuju Stasiun Pasar Senen. Lalu aku menunggu kereta kearah Stasiun Pasar Senen yang datang dari arah Bogor. Kereta pun datang dan aku langsung naik kereta, seperti biasa aku selalu waspada akan tindak kejahatan terutama pencopetan dompet. Dengan tangan fokus ke dompet yang ada di saku belakang celana, aku mengabaikan keamanan handphone yang ada di saku depan celana. Hingga sekitar 5 menit diatas KRL aku menyadari bahwa ada yang tidak beres, dan setelah di cek sana sini, ternyata handphone hasil jerih payah menabung saat sekolah raib di gondol kucing, eh copet maksudnya. Rasanya ingin berkata kasar saat itu, akan tetapi situasi tidak memungkinkan dan aku urung mengucapkannya.
Kesal, kecewa, marah hhuuhh. Aku mencoba mengikhlaskan handphoneku yang kecopetan dan aku berpikir dewasa bahwa aku masih punya tujuan besar yang harus ku usahakan yaitu pergi ke Sleman untuk mengikuti Ujian Tulis gelombang II UGM. Pada saat itu aku masih setia berdiri didalam KRL dan mencoba menghibur diri dengan mimpi-mimpi besarku. Tetapi, aku kaget, lupa bahwa jam sudah menunjukkan pukul 08.00 WIB, dan naasnya KRL yang kutumpangi saat itu sedang mengalami delay di salah satu stasiun, kenapa ini terjadi pada saat-saat genting seperti ini, lagi lagi perkataan kasar ingin sekali ku lontarkan, sayangnya aku takut melakukannya karna satpam yang berdiri persis di depanku membuatku takut karna sangat mengerikan wajahnya. Aku kesal saat itu, sangat-sangat kesal.
Dan pada akhirnya aku sampai di Stasiun Pasar Senen pukul 09:00 WIB, dan keretaku sudah melaju ke Yogyakarta pukul 08.10 WIB. Aku kecewa dengan keadaan ini, aku marah kepada diri sendiri, dan aku pun tak bisa membendung lagi, akhirnya aku meneteskan air mata, menangis seketika di pintu keluar Stasiun Pasar Senen. Impianku untuk masuk UGM pun se-akan-akan pupus disitu, mustahil pikirku untuk mengikuti ujian tulis esok hari di Yogyakarta. Aku menangis, tiada henti...
Dan pada akhirnya aku sampai di Stasiun Pasar Senen pukul 09:00 WIB, dan keretaku sudah melaju ke Yogyakarta pukul 08.10 WIB. Aku kecewa dengan keadaan ini, aku marah kepada diri sendiri, dan aku pun tak bisa membendung lagi, akhirnya aku meneteskan air mata, menangis seketika di pintu keluar Stasiun Pasar Senen. Impianku untuk masuk UGM pun se-akan-akan pupus disitu, mustahil pikirku untuk mengikuti ujian tulis esok hari di Yogyakarta. Aku menangis, tiada henti...
Aku rasa saat itu putus asa adalah pilihan yang tepat. Aku pun pulang ke Depok menggunakan KRL lagi. Didalam kereta aku hanya bisa menundukkan kepala, setelah handphone raib digondol pencopet disusul pula dengan tertinggalnya aku oleh kereta menuju Yogyakarta. Aku merenung, apa yang salah dariku dan apa yang telah aku perbuat sebelumnya. Aku hanya bisa menunduk, menyembunyikan kesedihanku diantara keramaian sekitar. Tak begitu lama, sampailah keretaku di Stasiun Depok Baru. Lalu aku turun dan berjalan keluar dari stasiun hendak mencari angkutan kota jurusan depok-parung 03.
Langkah demi langkah ku berjalan dan tanpa sadar ada sesuatu hal yang mengganggu pikiranku. Ternyata ide melintas begitu saja di pikiran. Entah bagaimana pikiran atau ide ini muncul, aku teringat bahwa ada pangkalan bus yang setiap hari pergi menuju tujuannya ke arah Jawa Barat, Jawa Tengah serta Jawa Timur. Dan dulu pernah dengar cerita bahwa pangkalan bus tersebut membebankan tarif pergi yang relatif murah. Karna pangkalan bus itu tidak terlalu jauh dari pintu keluar stasiun, akhirnya aku memutuskan membatalkan keinginanku untuk pulang ke rumah. Setelah berjalan beberapa ratus meter, akhirnya sampailah aku di pangkalan bus S*nar Jaya. Aku langsung bergegas menuju loket pembelian tiket. Lalu aku membuka percakapan dengan penjaga loket.
"Pak, bus ke arah Jogja ada ga hari ini?" tanyaku,
"Ada mas, busnya berangkat jam 3 sore" jawab penjaga loket.
"Ada kursi yang kosong ga pak? butuh banget soalnya buat ikut tes masuk kuliah di Jogja" tanyaku dengan sedikit memohon.
"Oh ya ada 2 kursi yang kosong mas kebetulan, mau beli berapa tiket?" tanya penjaga loket.
"Satu aja pak, berapaan?" jawabku dengan semangat menggebu-gebu.
"100 ribu aja mas" jawab penjaga loket.
"Yaudah pak saya beli satu tiket aja hehe" jawabku dengan gembira.
Akhirnya aku membeli tiket bus menuju Yogyakarta dengan harga minim yaitu Rp. 100.000,-, cukup murah batinku karna jarak dari Depok hingga Yogyakarta cukup jauh.
"Pak, bus ke arah Jogja ada ga hari ini?" tanyaku,
"Ada mas, busnya berangkat jam 3 sore" jawab penjaga loket.
"Ada kursi yang kosong ga pak? butuh banget soalnya buat ikut tes masuk kuliah di Jogja" tanyaku dengan sedikit memohon.
"Oh ya ada 2 kursi yang kosong mas kebetulan, mau beli berapa tiket?" tanya penjaga loket.
"Satu aja pak, berapaan?" jawabku dengan semangat menggebu-gebu.
"100 ribu aja mas" jawab penjaga loket.
"Yaudah pak saya beli satu tiket aja hehe" jawabku dengan gembira.
Akhirnya aku membeli tiket bus menuju Yogyakarta dengan harga minim yaitu Rp. 100.000,-, cukup murah batinku karna jarak dari Depok hingga Yogyakarta cukup jauh.
Dengan euforiaku saat itu aku mendengar sebuah suara dzikir dan sholawat yang terdengar dari balik rindangnya pepohonan, dan aku teringat bahwa hari itu adalah hari Jumat. Tanpa pikir panjang, aku langsung bergegas menuju masjid untuk melaksanakan kewajiban kaum Adam disetiap hari Jumat siang yaitu Sholat Jumat. Sesampainya di masjid, aku segera mencari area pelataran yang kosong untuk beristirahat. Beberapa menit aku melamun, dan teringat bahwa aku belum memberitahu orang tua apa yang telah kualami sejak pagi tadi. Dalam pikirku untuk perjalanan pulang akan memakan banyak waktu dan ditakutkan akan ketinggalan jasa transportasi lagi dan juga bakal memakan biaya lebih untuk ongkos bolak-balik. Aku bingung saat itu...
Aku mencoba berpikir. Kemudian aku melihat seorang bapak berkumis yang sedang duduk sembari memainkan telepon pintarnya, langsung saja kuhampiri bapak tersebut dan meminta tolong untuk meminjamkan telepon pintarnya untuk menelepon orang rumah. Dengan segala penjelasan dan bujukanku, akhirnya bapak itu memperbolehkanku untuk meminjam sejenak telepon pintarnya. Tanpa basi-basi, aku langsung menelpon ayahku yang kebetulan pada saat itu belum berangkat kerja dan menceritakan apa yang telah terjadi sedari pagi tadi serta meminta tolong untuk mengantarkan handphone cadangan sebagai media komunikasi darurat ketika aku berada di Yogyakarta esok hari. Setelah menelpon aku pun langsung memberikan kembali handphone bapak tersebut dan tak lupa mengucapkan terimakasih. Lalu adzan pun berkumandang dan aku bergegas mengambil wudhu dan masuk ke masjid untuk melaksanakan Sholat Jumat.
Aku mencoba berpikir. Kemudian aku melihat seorang bapak berkumis yang sedang duduk sembari memainkan telepon pintarnya, langsung saja kuhampiri bapak tersebut dan meminta tolong untuk meminjamkan telepon pintarnya untuk menelepon orang rumah. Dengan segala penjelasan dan bujukanku, akhirnya bapak itu memperbolehkanku untuk meminjam sejenak telepon pintarnya. Tanpa basi-basi, aku langsung menelpon ayahku yang kebetulan pada saat itu belum berangkat kerja dan menceritakan apa yang telah terjadi sedari pagi tadi serta meminta tolong untuk mengantarkan handphone cadangan sebagai media komunikasi darurat ketika aku berada di Yogyakarta esok hari. Setelah menelpon aku pun langsung memberikan kembali handphone bapak tersebut dan tak lupa mengucapkan terimakasih. Lalu adzan pun berkumandang dan aku bergegas mengambil wudhu dan masuk ke masjid untuk melaksanakan Sholat Jumat.
Dan setelah Sholat Jumat berakhir, tak lupa aku memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berterimakasih atas semua nikmat yang telah Tuhan berikan padaku hari itu. Setelah itu aku keluar masjid dan ternyata Ayah, Ibu, serta adik-adikku datang menemuiku. Alangkah bahagianya aku. Setelah bercakap-cakap dengan Ayah dan Ibu, aku pun langsung segera menuju pangkalan bus, sengaja datang lebih awal sebagai tindakan preventif supaya kejadian tadi pagi tak terulang lagi. Selang 2 jam kemudian, bus pun datang dan langsung diserbu para penumpangnya. Ada yang segera masuk dan mencari kursi, ada pula yang menempatkan barang-barang bawaannya di bagasi bus. Aku hanya diam dan tak tau apa yang harus kulakukan, dan tiba-tiba bahuku ditepuk oleh seseorang dan ternyata orang itu adalah Ayahku. Setelah itu aku pun langsung berpamitan dan meminta doa serta restu kedua orang tuaku agar di Yogyakarta nanti diberi kelancaran, baik kelancaran dalam perjalanan maupun kelancaran dalam mengerjakan ujian tulis keesokan harinya. Dengan segala petuah serta nasihat dari Ayah dan Ibuku, aku lalu mencium tangan mereka berdua, dan berpamitan. Kemudian bergegas masuk ke dalam bus.
Rasanya berat juga pergi jauh tanpa didampingi orang tua. Penyakit lama saat kecilku mulai kambuh saat itu, kelayu (dalam bahasa jawa). Bus sudah mulai jalan dan aku langsung berniat untuk tidur supaya tubuhku fit keesokan harinya. Keesokan harinya bus pun berhenti bukan di tempat tujuanku yaitu Terminal Giwangan, tapi hanya berhenti di Jalan Parangtritis saja karena bus yang kunaiki tidak akan transit di terminal. Pikirku tak apa, masih ada kendaraan lain untuk bisa sampai di kampus UGM, apalagi setelah mengukur jarak dari tempatku menuju kampus UGM melalui aplikasi maps, tak begitu jauh, hanya 12 km saja, dan aku memutuskan untuk berjalan kaki. Setelah beberapa menit berjalan, kaki mulai mengeluh dan tak bisa diajak kompromi lagi. Akhirnya aku memutuskan untuk naik ojek pangkalan (saat itu aku belum begitu mengerti tentang ojek online), dengan memerhatikan setiap sudut kota dari atas motor pak ojek, aku menyimpulkan bahwa jarak dari Jalan Parangtritis ke kampus UGM cukup jauh, apabila aku tetap kekeuh jalan kaki, mungkin aku bakal tepar dijalan dan telat mengikuti ujian tulis. Lalu sekitar 15 menit, sampailah aku di kampus UGM tepatnya di Gedung DEB (Departemen Ekonomika & Bisnis) Sekolah Vokasi UGM, bersebalahan dengan masjid kampus UGM.
Tak berlama-lama, aku langsung bayar ongkos perjalanan ke pak ojek dan langsung masuk gedung dan mencari dimanakah ruang ujianku nanti. Beberapa menit kemudian akhirnya ketemu juga ruangan ujianku nanti, yaitu di lantai 5, "huft cukup melelahkan ya" batinku. Setelah menunggu beberapa saat di depan ruangan, aku pun masuk ke ruangan. Aku pun langsung mengerjakan soal-soal yang diberikan pengawas, hingga waktu habis. Persentase soal yang kukerjakan pada saat itu yaitu sekitar 90 persen, tidak bermaksud sombong kok hehe. Karena aku menjawab soal demi soal dengan segala kemampuanku yang ada, mulai dari teknik yang benar sampai yang tidak benar (asal isi jawaban) hehe. Lalu setelah ujian selesai, aku langsung mencari tempat makan karna sedari pagi aku belum sempat mengunyah makanan sekalipun. Akhirnya aku memutuskan makan di Foodcourt UGM dan setelah makan aku langsung berniat untuk langsung pulang ke Depok. Tak begitu lama aku sampai di Terminal Giwangan menggunakan jasa ojek online (pada saat itu aku baru teredukasi oleh mbah gugel). Setelah membeli tiket bus, pulanglah aku ke Depok dengan harap aku lolos di seleksi itu.
Hari-hari yang membahagiakan
Setelah menunggu sekitar 5 hari atau tepatnya 21 Juli 2016, akhirnya jalanku dimudahkan oleh Allah SWT. Aku lolos UTUL gelombang II UGM di program studi D3 Teknik Mesin. Hatiku sangat senang dengan pengumuman itu, dan langsung saja aku memberi tahu kepada kedua orang tuaku dan beberapa teman dekatku bahwa aku lolos seleksi masuk UGM, Universitas Gadjah Mada universitas impianku selama ini. Ingin rasanya ku hanyut dalam euforia itu. Tapi ada sesuatu setelahnya...
Pada saat itu aku langsung mencari informasi bagaimana caranya daftar ulangnya karna waktu pengumuman UTUL gelombang II UGM dengan PPSMB PALAPA sangat berdekatan. 1 Agustus 2016 adalah hari dimulainya PPSMB PALAPA 2016. Dengan segala usaha, akhirnya daftar ulang online telah selesai dan otomatis aku mengabaikan semua ujian tulis yang telah kudaftarkan sebelumnya yaitu seperti SPMB Untirta, Penmaba UNJ, UMPN gelombang 2 PNJ, serta SPMB Unsoed dan memprioritaskan 1 hal, yaitu impianku, UGM. Kabar gembira pun bukan datang dari UTUL gelombang II UGM saja, akan tetapi aku menerima kabar gembira lagi dari SM-UNS, Aku diterima di program D3 Teknik Sipil UNS. Setelah melalui perdebatan serius pada akhirnya idealismeku tetap kudahulukan, dan pada saat itu aku memilih UGM dan sampai saat ini semester 4 aku masih di kampus tercinta, UGM.
Setelah menunggu sekitar 5 hari atau tepatnya 21 Juli 2016, akhirnya jalanku dimudahkan oleh Allah SWT. Aku lolos UTUL gelombang II UGM di program studi D3 Teknik Mesin. Hatiku sangat senang dengan pengumuman itu, dan langsung saja aku memberi tahu kepada kedua orang tuaku dan beberapa teman dekatku bahwa aku lolos seleksi masuk UGM, Universitas Gadjah Mada universitas impianku selama ini. Ingin rasanya ku hanyut dalam euforia itu. Tapi ada sesuatu setelahnya...
Pada saat itu aku langsung mencari informasi bagaimana caranya daftar ulangnya karna waktu pengumuman UTUL gelombang II UGM dengan PPSMB PALAPA sangat berdekatan. 1 Agustus 2016 adalah hari dimulainya PPSMB PALAPA 2016. Dengan segala usaha, akhirnya daftar ulang online telah selesai dan otomatis aku mengabaikan semua ujian tulis yang telah kudaftarkan sebelumnya yaitu seperti SPMB Untirta, Penmaba UNJ, UMPN gelombang 2 PNJ, serta SPMB Unsoed dan memprioritaskan 1 hal, yaitu impianku, UGM. Kabar gembira pun bukan datang dari UTUL gelombang II UGM saja, akan tetapi aku menerima kabar gembira lagi dari SM-UNS, Aku diterima di program D3 Teknik Sipil UNS. Setelah melalui perdebatan serius pada akhirnya idealismeku tetap kudahulukan, dan pada saat itu aku memilih UGM dan sampai saat ini semester 4 aku masih di kampus tercinta, UGM.
Setiap usaha pasti akan terbubuhi oleh kegagalan, karna kegagalan merupakan bagian dari kesuksesan. Tetap berusaha dan jangan hentikan semangatmu ditengah jalan, karena belum tentu peluang kecil dapat memakan kesempatanmu untuk menjadi sukses.
"Mungkin saja kegagalan itu datang untuk memuliakan hati kita, membersihkan pikiran kita, memperluas wawasan kita, membersihkan pikiran kita dari keangkuhan dan kepicikan, serta untuk lebih mendekatkan diri kita pada Tuhan ." - Purdie E Chandra
























